Thursday, April 22, 2010

Gara-gara Eyjafjallajokull, Inggris Kerahkan Kapal Perang


LONDON -- Letusan gunung api Eyjafjallajokull di Islandia tak hanya membuat industri penerbangan terpukul. Sejumlah pemerintahan di Eropa pun dibuat kerepotan. Sampai-sampai, pemerintah Inggris mengerahkan kapal perangnya untuk menjemput warganya yang terlantar di Eropa daratan lantaran tak bisa pulang akibat terhentinya lalu lintas udara di Eropa sejak Eyjafjallajokull meletus.

Senin (19/4) kemarin, pemerintah Inggris mengumumkan rencana itu setelah industri penerbangan di Eropa menuding tidak ada koordinasi dan kepemimpinan dalam menghadapi krisis yang melumpuhkan sebagian besar bandara di Eropa selama hampir seminggu ini. Perdana Meteri Inggris, Gordon Brown, menyatakan bahwa kapal pengangkut pesawat tempur milik Kerajaan Inggris, HMS Ark Royal dan kapal penyerbu HMS Ocean, akan dikirim melintasi Selat Inggris ke Eropa Daratan. Semantara satu kapal lagi dikirimkan ke Spanyol untuk mengangkut pasukan Inggris yang baru saja ditarik setelah bertugas di Afganistan.

"Saya harapkan hari ini (kemarin) HMS Ocean sudah ada di Selat Inggris. Saya harap juga Ark Royal menyusul ke Selat Inggris," ujar Brown setelah pertemuan Komite Gawat Darurat Pemerintah Inggris, COBRA.

Lebih lanjut Brown mengatakan, pemerintah Inggris telah berbicara dengan pemerintah Spanyol untuk melihat apakah warga negara Inggris yang terdampar di negeri seberang bisa diterbangkan ke Spanyol, untuk kemudian diangkut dengan kapal ataupun bus. Lebih dari itu Brown merasa khawatir debu akuibat letusan Eyjafjallajokull bakal memunculkan tantangan terbesar bagi jaringan industri penerbangan selama beberapa tahun.

Sementara Asosiasi Penerbangan Internasioal (IATA) menyatakan bahwa terhentinya aktifitas bandara di Eropa mengakibatkan industri penerbangan harus menanggung kerugian hingga USD 200 juta per hari. Selain itu, jutaan pelancong tak bisa bergerak sejak gunung api yang ada di bawah gletser di itu mulai memuntahkan material vulkanik pada Rabu (14/4) pekan lalu.

Akibatnya, bandara di negeri-negeri Eropa yang punya bandara besar seperti Inggris, Prancis, Jerman dan Belanda pun ikut ditutup selama beberapa hari. Namun IATA dalam pertemuan di Paris, kemarin, justru mengungkapkan kekecewaannya terhadap otoritas di Eropa yang menangani krisis itu tanpa penilaian risiko, tanpa konsultasi dan tanpa kepemimpinan. IATA bahkan menyerukan kembali pembukaan langit Eropa untuk kepentingan yang lebih besar.

Sementara beberapa maskapai pada akhir pekan lalu telah mencoba mengirimkan penerbangan tanpa penumpang untuk uji keselamatan. Hasilnya pun terbilang sukses. Namun suksesnya uji coba penerbangan itu justru telah mengejutkan sejumlah pejabat pemerintahan. Hal ini terkait apakah keputusan penutupan bandara karena alasan kekhawatiran bahwa partikel debu vulkanik dapat mengakibatkan kegagalan mesin jet itu sebagai tindakan yang berlebihan.

Sementara itu sejumlah bandara kecil juga sudah dibuka kembali dan sejumlah pemerintah di Eropa berharap penerbangan yang sudah dilakukan dapat mengembalikan lebih dari 5o persen dari kondisi normal jika langit Eropa telah bersih kembali.

Secara terpisah, para menteri transportasi dari Inggris, Prancis, Jerman dan Sepanyol telah bertemu kemarin. Melalui fasilitas video conference, mereka bergabung dengan 27 menteri transportasi dari 27 negara anggota Uni Eropa lainnya. "Kami akan mencoba tetap berada di koridor. Jika kami bisa, berdasarkan perubahan perlahan awan, untuk mengijinkan pembukaan kembali sebagian besar penerbangan secepat dan sebanyak mungkin dan tetap dalam syarat keamanan," ujar menteri Transportasi Prancis, Dominique Bussereau.

No comments:

Post a Comment

 
coompax-digital magazine